Materi Biologi Kelas 10 Keanekaragaman Hayati akan
diulas secara lengkag dan mencakup semua pemahaman yang kalian butuhkan.
Jadi, kali ini aku mau berbagi materi pelajaran
biologi SMA guys. Karena pertama aku emang suka sama pelajaran ini dan yang
kedua biasanya, anak-anak sekolah jaman sekarang nih lebih suka buat nyari
bahannya di internet daripada baca buku. Jadi semoga postingan ini dapat
membantu kawan-kawan semua dalam memahami materi biologi.
Keaneragaman hayati atau biasa disebut
biodiverstias adalah adanya variasi pada makhluk hidup dan menjadi ciri khas dari
makhluk itu sendiri. Keaneragaman hayati dapat terjadi pada tingkat GEN, SPESIES,
dan EKOSISTEM
Tingkatan Gen
Keanekaragaman hayati pada tingkat gen terjadi akibat
variasi gen atau struktur gen dalam suatu spesies makhluk hidup. Gen adalah faktor
yang membawa sifat keturunan dan terdapat di dalam kromosom. Setiap susunan gen
akan menentukan penampilan fisik dan fisiologi dari suatu organisme.
Jika susunan gen berbeda, maka penampilannya juga akan
berbeda pada sifat tertentu atau secara keseluruhan. Keanekaragaman ini dapat
dikenali dengan mudah melalui ciri-ciri yang memiliki variasi, memiliki nama
ilmiah yang sama, serta memiliki perbedaan morfologi yang tidak terlalu
mencolok. Varietas sering digunakan sebagai istilah yang merujuk pada keanekaragaman
hayati pada tingkat gen.
Tingkatan Spesies
Keanekaragaman hayati pada tingkat spesies mengacu pada
keragaman individu dari suatu spesies yang ada di alam. Suatu spesies dapat
diidentifikasi melalui ciri-ciri fisik yang unik dan juga melalui DNA mereka.
Dalam suatu spesies, individu-individu yang berbeda memiliki perbedaan genetik
dan fenotipik, yang menghasilkan variasi dalam sifat fisik, perilaku, dan
kemampuan bertahan hidup.
Keanekaragaman hayati pada tingkat spesies sangat
penting karena menciptakan kondisi yang memungkinkan spesies tersebut
beradaptasi dengan lingkungan mereka dan bertahan hidup dalam berbagai kondisi.
Spesies dengan keragaman genetik yang lebih besar cenderung lebih mampu
bertahan hidup dalam menghadapi ancaman seperti penyakit, perubahan iklim, dan
perubahan lingkungan.
Tingkatan Ekosistem
Keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem merujuk
pada keragaman spesies yang ada dalam suatu ekosistem, serta interaksi antara
spesies-spesies tersebut dan dengan lingkungan fisik yang ada di dalamnya.
Sebuah ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari makhluk hidup,
lingkungan fisik dan lingkungan biotiknya.
Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem mencakup
banyak aspek seperti jumlah dan jenis spesies, interaksi spesies-spesies dalam
ekosistem, serta peran setiap spesies dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Semakin tinggi keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, semakin banyak
pula spesies yang dapat ditemukan di dalamnya.
Oleh karena itu, ekosistem yang kaya akan
keanekaragaman hayati biasanya lebih stabil dan tahan terhadap gangguan dan
perubahan lingkungan.
Klasifikasi keanekaragaman hayati adalah proses
pengelompokan makhluk hidup ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki
karakteristik yang sama berdasarkan kriteria tertentu. Klasifikasi ini
bertujuan untuk mempermudah identifikasi, pengamatan, dan pemahaman tentang
keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar kita.
Klasifikasi keanekaragaman hayati dapat dibagi menjadi
tiga jenis yaitu klasifikasi sistem alami, klasifikasi sistem buatan, dan
klasifikasi sistem filogenetik.
Klasifikasi Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami didasarkan pada hubungan
kekerabatan antar spesies, di mana spesies yang memiliki kesamaan ciri-ciri
dianggap berasal dari leluhur yang sama. Sistem klasifikasi alami pertama kali
diperkenalkan oleh Carl von Linne atau biasa dikenal sebagai Carl Linnaeus pada
abad ke-18. Dia mengelompokkan makhluk hidup ke dalam enam kelas utama
berdasarkan ciri-ciri umum seperti morfologi, habitus, dan kebiasaan hidup.
Kelas-kelas tersebut adalah mamalia, burung, reptil,
ikan, serangga, dan cacing. Klasifikasi sistem alami terus berkembang dan
digunakan hingga saat ini, meskipun telah dikritik karena tidak mencerminkan
hubungan evolusi antara spesies.
Klasifikasi Sistem Buatan
Klasifikasi sistem buatan didasarkan pada kriteria
tertentu seperti ciri-ciri morfologi, habitat, warna, dan lainnya. Sistem
klasifikasi buatan umumnya digunakan dalam ilmu taksonomi atau ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan penggolongan makhluk hidup.
Contoh pengelompokan makhluk hidup berdasarkan sistem
klasifikasi buatan adalah pengelompokan spesies berdasarkan jenis makanannya
seperti karnivora, herbivora, dan omnivora. Sistem klasifikasi buatan
mempermudah proses identifikasi dan pengamatan makhluk hidup, namun
kelemahannya adalah tidak mencerminkan hubungan evolusi antara spesies.
Klasifikasi Sistem Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik didasarkan pada hubungan
evolusi antar spesies. Sistem klasifikasi ini mengelompokkan makhluk hidup
berdasarkan kesamaan ciri-ciri anatomi dan genetik yang diwarisi dari nenek
moyang mereka.
Sistem klasifikasi filogenetik saat ini menjadi yang
paling populer dan luas digunakan di antara ketiga sistem klasifikasi lainnya.
Penerapan sistem klasifikasi filogenetik memungkinkan kita untuk memahami lebih
dalam tentang hubungan kekerabatan antar spesies, serta memberikan informasi
penting tentang sejarah evolusi makhluk hidup.
Dalam klasifikasi sistem filogenetik, spesies
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang disebut takson. Takson dibagi menjadi
beberapa tingkat hierarki, mulai dari tingkat yang paling umum hingga yang
paling spesifik.
Takson paling umum adalah kerajaan atau kingdom,
kemudian diikuti oleh filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. Tingkat
taksonomi yang lebih tinggi memiliki ciri-ciri yang lebih umum dan lebih
banyak, sedangkan tingkat taksonomi yang lebih rendah memiliki ciri-ciri yang
lebih spesifik dan lebih sedikit.
Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah
keseluruhan variasi genetik, spesies, dan ekosistem di bumi. Keanekaragaman
hayati memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan
berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan
bakar.
Namun, keanekaragaman hayati saat ini mengalami
penurunan yang sangat cepat akibat aktivitas manusia, seperti perubahan
penggunaan lahan, perburuan liar, perusakan habitat, dan polusi. Oleh karena
itu, upaya pelestarian keanekaragaman hayati menjadi sangat penting untuk
dilakukan.
Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu konservasi insitu dan konservasi eksitu.
Konservasi Insitu
Konservasi insitu adalah upaya pelestarian
keanekaragaman hayati yang dilakukan di habitat asli organisme tersebut.
Upaya ini meliputi pengelolaan kawasan konservasi, pemantauan dan pengawasan
terhadap organisme dan habitatnya, serta edukasi dan partisipasi masyarakat
lokal.
a. Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi adalah area yang dikelola untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kawasan konservasi
dapat berupa taman nasional, hutan lindung, cagar alam, taman buru, dan
sebagainya. Upaya pengelolaan kawasan konservasi meliputi pengaturan akses dan
aktivitas manusia di dalam kawasan tersebut, pengendalian gangguan dan penyakit
pada organisme yang dilindungi, serta pengembangan kegiatan ekonomi alternatif
yang berkelanjutan.
b. Pemantauan dan Pengawasan
Pemantauan dan pengawasan dilakukan untuk memastikan
bahwa organisme dan habitatnya terus berada dalam kondisi yang baik dan
terlindungi dari berbagai ancaman. Pemantauan dan pengawasan meliputi pemetaan
dan inventarisasi spesies, pengukuran kualitas air dan udara, serta pengendalian
terhadap aktivitas manusia yang dapat merusak habitat organisme.
c. Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Edukasi dan partisipasi masyarakat lokal sangat penting
dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Masyarakat lokal harus diberi
pemahaman mengenai pentingnya keanekaragaman hayati dan bagaimana mereka dapat
turut serta dalam upaya pelestariannya. Hal ini dapat dilakukan melalui
kegiatan edukasi, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Konservasi Eksitu
Konservasi eksitu atau ex situ conservation merupakan
upaya pelestarian keanekaragaman hayati dengan cara mengambil spesimen
makhluk hidup dari habitat aslinya dan ditempatkan dalam kondisi yang dikontrol,
seperti di kebun binatang, taman botani, atau laboratorium. Konservasi eksitu
sangat penting dilakukan terutama untuk spesies yang jumlahnya sedikit atau
terancam punah, seperti harimau, badak, dan orangutan.
Beberapa contoh konservasi eksitu antara lain:
a. Kebun Binatang
Kebun binatang biasanya menampung spesies-spesies
binatang yang sudah langka dan terancam punah. Kebun binatang memberikan
lingkungan yang mirip dengan habitat asli binatang tersebut, sehingga mereka
dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Selain itu, kebun binatang juga
memainkan peran penting dalam pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap
keanekaragaman hayati.
b. Taman Botani
Taman botani merupakan tempat penampungan spesies
tumbuhan yang langka atau terancam punah. Di taman botani, tumbuhan-tumbuhan
tersebut diberikan perlindungan dan perawatan khusus, seperti penyiraman dan
pemupukan. Taman botani juga berfungsi sebagai tempat riset dan pendidikan bagi
masyarakat tentang keanekaragaman hayati tumbuhan.
c. Bank Benih
Bank benih atau seed bank adalah tempat penyimpanan
benih-benih tumbuhan untuk kepentingan konservasi dan pemulihan lahan yang
terdegradasi. Bank benih mengumpulkan benih dari berbagai spesies tumbuhan dan
menyimpannya di tempat yang aman dan terkendali. Benih-benih tersebut kemudian
dapat digunakan untuk menanam kembali tumbuhan yang sudah punah di habitat
aslinya.
d. Konservasi in vitro
Konservasi in vitro atau konservasi dalam tabung reaksi
adalah metode konservasi yang dilakukan dengan menyimpan jaringan tumbuhan
dalam kondisi steril dan di dalam tabung reaksi. Metode ini dilakukan untuk
spesies tumbuhan yang sulit berkembang biak secara alami atau langka, seperti
anggrek. Konservasi in vitro juga memiliki manfaat untuk mempertahankan
keanekaragaman genetik dari spesies tumbuhan.
Ringkasan
Keanekaragaman hayati adalah variasi kehidupan yang ada
di bumi dan mencakup tiga tingkatan yaitu gen, spesies, dan ekosistem.
Keberadaan keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia
dan lingkungan, karena tanaman dan hewan merupakan sumber makanan, obat-obatan,
dan juga memiliki nilai ekonomi. Keanekaragaman hayati terancam punah akibat
aktivitas manusia seperti deforestasi, perburuan liar, dan perusakan habitat.
Untuk mengatasi hal tersebut, upaya pelestarian
keanekaragaman hayati dilakukan melalui konservasi insitu dan konservasi
eksitu. Konservasi insitu dilakukan dengan cara melindungi lingkungan dan
habitat asli spesies yang terancam punah, sedangkan konservasi eksitu dilakukan
dengan cara pemeliharaan spesies dalam lingkungan buatan seperti kebun binatang
atau laboratorium.
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan tindakan
dari semua pihak untuk menjaga keanekaragaman hayati demi keberlangsungan hidup
di masa depan.
No. |
Tingkatan |
Cirinya |
Contoh |
1. |
Gen |
Adanya variasi dalam satu
jenis (spesies) |
Pisang ambon, Pisang
raja, pisang sitabar, semuanya spesies Musa paradisiaca |
2. |
Spesies |
Adanya variasi dalam satu
suku (family) |
Suku pinang-pinangan (
Arecaceae ) terdiri dari pinang, kelapa, lontar, kelapa sawit, sagu, dll |
3. |
Tingkat Ekosistem |
Setiap makhluk hidup
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Bisa saja hubungan kekerabatannya
dekat, tetapi habitatbnya berbeda |
Kelapa hidup di daerah
pantai sedangkan aren hidup di daerah pegunungan ( family Arecaceae) |
Oke itu dia guys sedikit dari postingan kali ini,
semangat belajar !!

Tidak ada komentar: