Memantaskan
Diri Menggapai Mimpi
Hanya
ada satu pilihan. Nikmati dan jalani. Karena apa yang tidak membunuhmu. Menguatkanmu
Hari
ini selepas pulang sekolah aku langsung bergegas menuju perpustakaan UGM. Aku
lolos seleksi berkas BAT dan menuju tahap wawancara sekarang. Bingung
sebenarnya apa yang harus dipersiapkan. Kuatkan mental saja, semoga aku bisa
menjawab setiap pertanyaan sebaik mungkin. Aku tiba 30 menit kemudian di perpus
UGM. Jarak sekolah dari UGM cukup jauh dengan kondisi jalan yang ramai saat jam
pulang cukup menyita waktu. Tiba disana aku bergegas menuju tempat wawancara.
Tidak lama menunggu giliranku diwawancara tiba. Mencoba menjawab semua
pertanyaan sebaik mungkin dan selesai. Aku merasa wawancaraku baik-baik saja.
Lawan bicaraku cukup ramah dan aku merasa jawabanku informatif dan cukup
memberikan gambaran.
Kini aku hanya perlu
berdoa dan berharap semoga aku dapat menjadi bagian dari peserta BAT kali ini.
Sebuah kesempatan bagus untuk menunjang perjuanganku kali ini.
Beberapa bagian dari hidup kadang memang terasa tak adil.
Tapi seorang pejuang bukan terlahir tanpa rintang. Maka untuk menjadi berbeda
kau harus sekuat baja. Karena biasanya, mereka yang luarbiasa selalu punya cara
berbeda menjawab masalahnya.
Aku sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari BAT. Aku
dinyatakan lolos dan bisa bergabung dalam grup belajar. Aku harus memanfaatkan
kesempatan ini dengan baik. Bertanya pada kakak mahasiswa UGM sesuai dengan
bidang keahliannya. Disini juga aku diberi bundle soal yang akan dibahas
setiap pada setiap pertemuan.
Mulai dari sini aku menyusun semangatku untuk belajar dan
belajar mempersiapkan UTBK. Aku punya jadwal BAT. Dan aku sudah selesai dengan
organisasi dan event sehingga punya waktu belajar. Ditambah aku punya grup
belajar dengan teman-temanku yang juga punya mimpi besar. Buku yang kudapat
dari kakak kelas mulai kutata untuk dilahap. Aku juga membeli beberapa buku
penunjang lainnya.
***
Hari perjuanganku diisi oleh rutinitas belajar. Selepas
pulang sekolah aku segera meluncur menuju perpus UGM untuk belajar Bersama
kakak-kakak disana. Hingga magrib selesai kami menyudahi forum belajar kami
yang biasa berisi sedikit review materi dan latihan soal. Karena dengan
pembahasan soal itu sudah membantu kita dalam mereview materi. Aku biasa
menunggu sembari membaca materi hingga isya diperpus dan pulang ke rumah
setelahnya. Setelah istirahat dan makan aku ulang dan rapikan catatan semua
materi yang kudapat hari itu. Aku mendapat jadwal selama sepekan sebanyak tiga
kali. Jika sedang tidak ada BAT aku bergegas kerumah untuk latihan soal secara
mandiri.
Setiap akhir pekan aku biasa menghabiskan waktuku di
rumah atau perpus daerah untuk belajar bersama teman-temanku. Setiap dari kami
memiliki bidang keahlian sendiri. Waktu kelas 10 dan 11 dahulu kita sama-sama
mencoba ikut OSN dan hasilnya. Semua dari kami belum berhasil lolos ke tingkat
nasional. Hanya sampai provinsi saja. Aku biologi dan temanku yang lain
matematika, fisika, serta kimia. Banyak berdiskusi banyak soal membuat
masing-masing kami paham. Bahwa kita masih harus benar-benar banyak belajar
walaupun dimapel yang kita anggap mampu.
Saat
berjuang adalah waktu yang harus aku nikmati. Dimasa dimana waktu sangat
dihargai. Meski, sisi lainku tidak ingin terus dalam fase begini. Aku harus
bersemangat dalam menjalani. Soal demi soal. Materi demi materi yang harus
dikuasi, perlahan namun pasti. Aku pasti bisa mengerti. Aku hanya perlu sabar
dan ikhlas dalam memantaskan diri. Untuk sebuah mimpi yang terus aku tanam
dalam hati. Menjadi mahasiswa ITB nanti.
Mendekati
masa ujian kelas tiga. Tryout dan latihan soal untuk ujian sekolah pun
menanti. Ini berarti, semua pelajaran harus dikuasi betul. Waktu dalam kelas selalu
berisi bahasan materi dan soal pelajaran. Pergantian mapel yang berbeda-beda
dalam sehari, sungguh melelahkan. Fokus ku pada UTBK pun harus terkurangi demi
nilai yang harus baik pada ijazah SMA. Belum lagi UN yang menyusul setelahnya.
Kehidupanku benar-benar terasa padat oleh belajar. Waktu malam hari aku gunakan
untuk pelajaran diluar UTBK dan semua materi UN. Aku hanya mempersiapkan UTBK
melalui BAT dan belajar mandiriku bersama kelompok tiap weekend.
Sepekan
menuju ujian sekolah aku benar-benar fokus pada ujian sekolah. Setelah
sebelumnya rangkaian ujian praktek yang butuh banyak persiapan dan laporan
praktikum yang nyaris membuatku melukapan UTBK kulalui. Selama masa ujian ini,
aku harus menjaga kesehatan untuk bisa tetap melaksanakan segala kewajiban.
Kulalui setiap tugas dengan sepenuh hati. Karena aku mengerti. Semua yang aku
lakukan sekarang akan kembali padaku kemudian. Tak sedikit temanku yang down
dan malas untuk menjalani ini. Berfikir semua ini tiada arti. Ber opini tentang
pendidikan dan mengkritisi situasi. Aku bukannya tak lelah dan tak peduli. Tapi
semua harus selesai bukan?
Naik turun itu pasti.
Lelah dan ingin menyerah? Atau mengerjakan semua setengah-setengah? Aku juga
berfikir demikian. Kita bukanlah mesin otomasi yang sedia bekerja. Saat Lelah,
istirahatlah. Menepi itu bukan salah, asal jangan diam dan berhenti.
Setelah ujian sekolah selesai, aku bisa sedikit
bersantai. Sembari menata rencana belajar kedepan dan mempersiapkan UNBK.
Materi UN memang mencakup semua yang kita pelajari di sekolah. Meski
soal-soalnya tak sesulit UTBK. Tetap saja artinya aku harus menguasai semua.
Berbeda dengan UTBK yang bisa aku susun skala prioritasnya. Hingga waktunya
tiba. Aku masih belum menguasai semua secara sempurna. Tak apa, toh aku sudah
berusaha. Menjadi idealis bukan berarti tak bercela.
Selesai UN jam pelajaran sekolah pun juga selesai. Hanya
ada kelas tutor bagi yang ingin belajar dengan guru. Tapi aku lebih memilih
belajar bersama kelompok ku dan di BAT. Waktu-waktu setelah UN benar waktu yang
mengujiku. Bagiku yang tidak ikut les. Aku bebas melakukan apapun, kapanpun.
Seolah waktu menjadi dua mata pedang yang jika salah digunakan akan melukai
diri. Ku ingat selalu akan mimpiku yang ingin kuliah di ITB. Aku bersyukur
karena teman dalam kelompok ku bisa untuk saling menyemangati. Aku harus ambis
disetiap hari-hari ini.
Aku belajar hampir sepanjang hari. Bangun dan mengerjakan
soal atau review materi di rumah hingga siang. Siang hari aku masi
mengerjakan soal dalam buku-buku yang ku punya. Saat sore aku bergegas untuk
hadir BAT. Dan setelahnya aku menuju perpus daerah untuk belajar dan mengulang
apa yang diajarkan dalam BAT tadi. Tak jarang kami disana hingga jam tutup
perpus tiba. Sekitar jam 10 malam.
Kalau tidak ada jadwal BAT aku biasa pergi
ke perpus daerah dari pagi. Dalam sehari aku menargetkan untuk belajar sebanyak
yang aku mampu. Aku mulai fokus belajar dirumah jam 8 pagi hingga adzan dhuhur.
Kumatikan gawai yang bakal jadi pengganggu fokus. Laptop lebih baik untuk
mencari materi yang kita butuhkan tanpa banyak medsos disana. Siang aku
mengerjakan soal yang kupunya dan fokus pada satu pelajaran tiap harinya. Sore
berangkat BAT dan malam bersama kelompok diperpus.
Aku merasa mampu untuk menggunakan waktu sebaik mungkin.
Aku bisa fokus belajar dari jam 8 hingga jam 10 malam. Dengan istirahat
diwaktu-waktu wajar. Selama tiga minggu selepas UN aku menjalani hidup begini. Aku
belajar 12 jam sehari. Soal-soal yang terkadang luar biasa pembahasannya adalah
makanan sehari-hari. Lelah sudah biasa. Berdebat jawaban siapa yang benar. Kita
juga tak jarang menemukan soal tak berjawab. Intinya jangan pernah berhenti
mengerjakan. Kalau otak sudah tidak bisa diajak perang. Jenuh dengan soal yang
terlampau susah atau bosan. Aku istirahat dengan menonton video materi atau
soal pembahasan. Hingga terkadang terlewat terlelap.
Seminggu sebelum jadwal tes yang aku ambil
pada 4 mei. Aku mengubah belajarku dengan mengerjakan satu paket soal UTBK
setiap harinya. Dan terpenting bagaimana aku bisa memahami pola dan jenis soal
yang sering muncul dan cara mengerjakannya. Pagi aku mengerjakan soal-soal TPS.
Meski terlihat mudah diperlukan latihan cukup agar bisa menjawab soal sulit
yang akan memiliki bobot yang tinggi. Dan di TPS aku bisa memanen nilai untuk
menutup TPA apabila aku banyak menemukan kesulitan disana. Penting juga karena
isu yang beredar. Kampus akan melihat lebih pada TPS untuk melihat kemampuan
dasar siswa.
Hari
ujian tiba. Aku sudah hadir pagi sebelum waktu memasuki ruang ujian dibuka. Lain
dari yang lain. Aku bergegas menuju masjid. Rasanya lebih menenangkan menunggu
disini daripada di depan pintu masuk ruang ujian. Aku hanya berdoa dalam
kesempatan terakhir sebelum ujian dimulai. Semoga ujian kali ini membawaku
menuju Kampus Ganesha disana.
Pengumuman: SBMPTN
Recommend TryOut: Eduka
Bagikan
Cerita Makna: Sejuta Asa Meraih Kampus Ganesha (Extended)
4/
5
Oleh
izzuddinHisyaam