Cerita Makna: Sejuta Asa Meraih Kampus Ganesha. Part 2



Diri yang Perlahan Mengerti

Salahkah bila aku terkagum? Padamu yang membuatku kagum

Salahkah bila aku merindu? Padamu yang menghadirkan kisah baru
Salahkah bila aku terpana? Padamu yang begitu luar biasa





Aku akrab memanggilnya, Koh. Aku mengenalnya sejak masih kelas 10. Bukan alumni satu sekolahku. Tapi beliau mau mengajariku banyak hal di SMA. Aku bahkan merasa bahwa koh adalah ayah yang sangat mengerti dunia SMA ku. Tempatku bercerita, meminta nasihat, dan belajar.

Beliau adalah tempatku kembali setelah letih dengan semua yang ada disekolah. Kata-katanya seperti energi yang memberikan semangat padaku. Penuh narasi yang mengilhami. Bicara dengannya selalu memberiku inspirasi. Dengan katanya pula, tangan ini mampu untuk mewarnai.  

Malam itu, aku kembali dalam keadaan tak berenergi. Seolah tak bosan dan selalu mengerti apa yang kuhadapi. Kutumpahkan semua yang mengganjal dihati. Jadwal belajarku yang mati. Bahkan aku tak tahu apakah perlu dihidupkan kembali.

Eventku dengan bermacam manusia yang kuhadapi. Beberapa ada yang mencoba menepi. Meski tak sedikit yang berapi-api. Untung, masih punya lingkaran stakeholder  yang sedia menemani. Bahkan rasanya mereka lebih semangat untuk mengabdi. Dan sama pula membenci. Belajar? Mereka bahkan lebih tidak peduli. Hahaha, sial. Dihari pengumuman mereka menjemput mimpi mereka juga.

Koh tentu menasihati kami untuk belajar. Bahkan malah terkesan memarahi. Ya siapa sih yang mau anaknya gagal? Hanya karena seolah tak peduli dengan masa depannya. Tapi koh juga paham dengan situasi yang kami hadapi. Dituntunnya kami menata kembali semua keping menjadi skenario dua. Kami berhasil merumuskan sesuatu yang baru malam itu.

Aku masih sangat ingat malam itu. Aku menutupnya dengan secangkir kopi pekat. Pulang pukul dua dini hari. Lalu, mencoba semua skenario dalam mimpi.

Aku menjalani waktu dengan raga dan jiwa yang selalu Lelah setiap harinya. Semakin mendekati waktu acara. Hampir setiap hari waktuku tersita. Aku bersyukur teman-temanku tak kalah luar biasa. Mereka sadar, bahwa tidak ada bahagia tanpa bekerja. Tidak ada cerita tanpa duka dan lara. Tidak ada waktu berkisah selain masa berjuang disekolah.

Bagiku masa SMA harus ditutup dengan suka cita tanpa dosa karena ambisi pribadi semata.

Selama waktu event ini belajarku sangat terbatas. Tak ada waktu untuk belajar mandiri dirumah. Karena hampir setiap hari pulang malam untuk membahas eventku. Bahkan komitmenku dikelas kadang harus kutinggalkan untuk menjemput pundi-pundi donatur dan sponsor yang harus segera diolah menjadi pemenuh kebutuhan event.

***

Waktu event berlalu sudah. Menyisakan lelah dan beban belajar ðŸ˜Š. Semua panitia telah memberikan yang terbaik. Semua kegiatan berjalan baik dan target tercapai diluar ekspetasi. Satu lagi, surplus event kami mencapai dua digit. Berbagai rencana hedon datang menghiasai. Biarlah menjadi urusan teman yang lain, dan aku bisa menata belajar kembali.

Aku sepertinya harus berjuang sendiri. Beberapa waktu yang lalu aku dapat info dari temanku tentang bimbel yang memberikan penawaran menarik. Sayangnya. Setelah masa event berakhir. Berakhir pula penawaran dari bimbel. Aku terlambat. Biayanya yang ada kini, tak tertermbus kemampuanku. Terlalu mahal untuk waktu yang tersisa. Berbicara dengan orantua? Ya jawabannya sama. Beberapa hutang harus dilunasi demi sekolah adikku.  

Berat memang. Tapi apa mau dibilang. Tuhan telah menggariskan takdir bahwa tahun ini aku harus berbagi rezeki dengan adikku. Merengek ke orangtua pun. Rasanya tak tega jika mereka harus mencari pinjaman lagi. Hanya agar aku bisa les. Dengan harga yang jauh, yang didapat teman-temanku jika sejak awal mendaftar program bimbel tersebut. 

Mengutuk takdir tidak ada gunanya. Menyimpan iri dengan kesempatan yang teman lain miliki hanya membuang tenaga. Aku tak boleh putus asa. Aku harus yakin, Bahwa jalan kesuksesan tak harus melalui bimbel ternama.

Tuhan punya rencana. Aku punya percaya. Tuhan ingin aku punya cerita. Cerita dari daya upaya. Cerita yang membuatku menjadi pribadi berbeda.

Menghabiskan beberapa hari mencari informasi tentang bimbel yang terjangkau tak membuahkan hasil. Memang biasanya bimbel memberi penawaran hanya pada awal tahun ajaran baru. Setelah itu harganya akan mahal dengan fasilitas yang sama. Tak buang waktu aku mencari informasi yang lain. Ya program belajar cuma-cuma dari mahasiswa. Biasanya dengan syarat-syarat tertentu. Karena aku dijogja, banyak program belajar bareng mahasiswa UGM. Diantaranya yang paling banyak diminati adalah Rumah Belajar KSE UGM.

Tahap seleksi berkas aku lewati. Setelahnya ada seleksi tulis yang hanya berlangsung dua hari dari pengumuman berkas. Ya ampun, aku harus banyak belajar. Dan hari seleksi tiba. Soalnya essay dan aku banyak gabisanya. Dalam hatipun pesimis untuk lolos. Doakan saja diberi yang terbaik. Pengumuman seleksi tulis muncul. Aku emang ga lolos. Sedih sih, kayak buang waktu untuk nyiapin malah gagal. Tapi gapapa, buat pengalaman.

Lanjut aku coba daftar Rumah Belajar YBM BRI UGM. Sama. aku belum diterima. Aku merenung. Apakah aku emang segitu bodohnya? Apa mungkin aku bisa kuliah? Buru-buru masuk ITB, daftar rumah belajar aja ga lolos. Sedikit putus asa dipercobaan kedua karena aku gadapet info belajar lagi. Padahal aku pengen ada yang bisa ngajarin aku buat persiapan SBMPTN. 

Sampai aku dapet info lagi dipenghujung semester satu. Semester dua nanti bakal ada oprec program BAT, Bimbingan Antar Teman. Dari Organisasi STUCASH. Yang ngajar dan tempatnya pun di UGM. Bahkan sama anak-anak OSN dan ON MIPA. Waw, sangat menarik. Sesaat teringat kegagalanku, aku harus coba dulu. Masih ada kesempatan.

 

Aku sangat berharap agar lolos dan menjadi salah satu peserta BAT. Untuk membantu belajarku.

Bersambung: part extended

Cerita Makna: Sejuta Asa Meraih Kampus Ganesha. Part 2 Cerita Makna: Sejuta Asa Meraih Kampus Ganesha. Part 2 Reviewed by izzuddinHisyaam on Juli 16, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.