Diri yang Perlahan Mengerti
Salahkah bila aku terkagum?
Padamu yang membuatku kagum
Salahkah bila aku terpana?
Padamu yang begitu luarbiasa
Salahkah bila aku merindu?
Padamu yang menghadirkan kisah baru
Aku
akrab memanggilnya, Koh. Aku mengenalnya sejak masih kelas 10. Bukan alumni
satu sekolahku. Tapi beliau mau mengajariku banyak hal di SMA. Aku bahkan
merasa bahwa koh adalah ayah yang sangat mengerti dunia SMAku. Tempatku
bercerita, meminta nasihat, dan belajar. Beliau adalah tempatku kembali setelah
letih dengan semua yang ada disekolah. Kata-katanya seperti energi yang
memberikan semangat padaku. Penuh narasi yang mengilhami. Bicara dengannya
selalu memberiku inspirasi. Dengan katanya pula, tangan ini mampu untuk
mewarnai.
Malam itu, aku kembali dalam keadaan tak berenergi.
Seolah tak bosan dan selalu mengerti apa yang kuhadapi. Kutumpahkan semua yang
mengganjal dihati. Jadwal belajarku yang mati. Bahkan aku tak tahu apakah perlu
dihidupkan kembali.
Eventku dengan bermacam manusia yang kuhadapi. Beberapa
ada yang mencoba menepi. Meski tak sedikit yang berapi-api. Untung, masih punya
lingkaran stakeholder yang sedia menemani. Bahkan rasanya mereka lebih
semangat untuk mengabdi. Dan sama pula membenci. Belajar? Mereka bahkan lebih
tidak peduli. Hahaha, sial. Dihari pengumuman mereka menjemput mimpi mereka
juga.
Koh tentu menasihati kami untuk belajar. Bahkan malah
terkesan memarahi. Ya siapa sih yang mau anaknya gagal? Hanya karena seolah tak
peduli dengan masa depannya. Tapi koh juga paham dengan situasi yang kami
hadapi. Dituntunnya kami menata kembali semua keping menjadi skenario dua. Kami
berhasil merumuskan sesuatu yang baru malam itu.
Aku masih sangat ingat malam
itu. Aku menutupnya dengan secangkir kopi pekat. Pulang pukul dua dini hari. Lalu,
mencoba semua skenario dalam mimpi.
Aku menjalani waktu dengan raga dan jiwa yang selalu Lelah
setiap harinya. Semakin mendekati waktu acara. Hampir setiap hari waktuku
tersita. Aku bersyukur teman-temanku tak kalah luar biasa. Mereka sadar, bahwa
tidak ada bahagia tanpa bekerja. Tidak ada cerita tanpa duka dan lara. Tidak
ada waktu berkisah selain masa berjuang disekolah.
Dan masa SMA harus
ditutup dengan suka cita tanpa dosa karena ambisi pribadi semata.
Selama waktu event ini belajarku sangat terbatas. Tak ada
waktu untuk belajar mandiri dirumah. Karena hampir setiap hari pulang malam
untuk membahas eventku. Bahkan komitmenku dikelas kadang harus kutinggalkan
untuk menjemput pundi-pundi donatur dan sponsor yang harus segera diolah
menjadi pemenuh kebutuhan event.
***
Waktu event berlalu sudah. Menyisakan lelah dan beban
belajar 😊. Semua panitia telah memberikan yang
terbaik. Semua kegiatan berjalan baik dan target tercapai diluar ekspetasi. Satu
lagi, surplus event kami mencapai dua digit. Berbagai rencana hedon
datang menghiasai. Biarlah menjadi urusan teman yang lain, dan aku bisa menata
belajar kembali.
Aku sepertinya harus berjuang sendiri. Beberapa waktu
yang lalu aku dapat info dari temanku tentang bimbel yang memberikan penawaran
menarik. Sayangnya. Setelah masa event berakhir. Berakhir pula penawaran dari
bimbel. Aku terlambat. Biayanya yang ada kini, tak tertermbus kemampuanku. Terlalu
mahal untuk waktu yang tersisa. Berbicara dengan orantua? Ya jawabannya sama. Beberapa
hutang harus dilunasi demi sekolah adikku.
Berat memang. Tapi apa
mau dibilang. Tuhan telah menggariskan takdir bahwa tahun ini aku harus berbagi
rezeki dengan adikku. Merengek ke orangtua pun. Rasanya tak tega jika mereka
harus mencari pinjaman lagi. Hanya agar aku bisa les. Dengan harga yang jauh,
yang didapat teman-temanku jika sejak awal mendaftar program bimbel tersebut.
Mengutuk takdir tidak ada
gunanya. Menyimpan iri dengan kesempatan yang teman lain miliki hanya membuang
tenaga. Aku tak boleh putus asa. Aku harus yakin, Bahwa jalan kesuksesan tak
harus melalui bimbel ternama.
Tuhan
punya rencana. Aku punya percaya. Tuhan ingin aku punya cerita. Cerita dari
daya upaya. Cerita yang membuatku menjadi pribadi berbeda.
Menghabiskan
beberapa hari mencari informasi tentang bimbel yang terjangkau tak membuahkan
hasil. Memang biasanya bimbel memberi penawaran hanya pada awal tahun ajaran
baru. Setelah itu harganya akan mahal dengan fasilitas yang sama. Tak buang
waktu aku mencari informasi yang lain. Ya program belajar cuma-cuma dari
mahasiswa. Biasanya dengan syarat-syarat tertentu. Karena aku dijogja, banyak
program belajar bareng mahasiswa UGM. Diantaranya yang paling banyak diminati
adalah Rumah Belajar KSE UGM.
Tahap
seleksi berkas aku lewati. Setelahnya ada seleksi tulis yang hanya berlangsung dua
hari dari pengumuman berkas. Ya ampun, aku harus banyak belajar. Dan hari seleksi
tiba. Soalnya essay dan aku banyak gabisanya. Dalam hatipun pesimis untuk
lolos. Doakan saja diberi yang terbaik. Pengumuman seleksi tulis muncul. Aku emang
ga lolos. Sedih sih, kayak buang waktu untuk nyiapin malah gagal. Tapi gapapa,
buat pengalaman.
Lanjut aku coba daftar Rumah Belajar
YBM BRI UGM. Sama. aku belum diterima. Aku merenung. Apakah aku emang segitu
bodohnya? Apa mungkin aku bisa kuliah? Buru-buru masuk ITB, daftar rumah
belajar aja ga lolos. Sedikit putus asa dipercobaan kedua karena aku gadapet
info belajar lagi. Padahal aku pengen ada yang bisa ngajarin aku buat persiapan
SBMPTN. Sampai aku dapet info lagi dipenghujung semester satu. Semester dua
nanti bakal ada oprec program BAT, Bimbingan Antar Teman. Dari Organisasi
STUCASH. Yang ngajar dan tempatnya pun di UGM. Bahkan sama anak-anak OSN dan ON
MIPA. Waw, sangat menarik. Sesaat teringat kegagalanku, aku harus coba dulu. Masih
ada kesempatan.
Aku
sangat berharap agar lolos dan menjadi salah satu peserta BAT. Untuk membantu
belajarku.
***
Bersambung: part extended
Bagikan
Cerita Makna: Sejuta Asa Meraih Kampus Ganesha. part 2
4/
5
Oleh
izzuddinHisyaam