Sebuah catatan perubahan,
aku yang akan menjadi seorang mahasiswa. Semoga kamu suka membacanya...
![]() |
Gambar dari Pixabay |
Lulus
SMA, adalah waktu paling membahagiakan sekaligus mengharukan bagi setiap mereka
yang menikmati dan memperjuangkan masa SMAnya. Waktu dimana berakhir sudah masa
sekolah 12 tahun sebagai seorang pelajar yang penuh pembelajaran. Kini semua
jalan hidup kembali pada diri masing-masing yang akan menentukan. Umumnya sebagian
besar kita akan memperebutkan kursi perguruan negeri bergengsi untuk
melanjutkan studi. Tapi setelahnya, apa yang akan kita lanjutkan?
Menjadi Seorang Mahasiswa
Aku bersyukur menjadi seorang yang cukup beruntung untuk mendapat
sebuah kursi studi di ITB. Bahagia sekali sewaktu dinyatakan diterima dikampus
impian banyak putra bangsa lainnya. Terbayang diawal bagaimana bahagia dan
serunya menjalani hidup sebagai mahasiswa ITB. Setelah euforia yang perlahan
sirna, kini muncul banyak pertanyaan dalam kepala bagaimana jalan hidupku selanjutnya.
Bagaimana rasanya
merantau?
Seperti apa rasanya jadi
seorang mahasiswa?
Kata
banyak orang menjadi seorang mahasiswa itu berat. Aku adalah manusia tempat dimana
harapan masyarakat digantungkan, perannya senantiasa dibutuhkan, sekaligus kesempatan
terakhir memantaskan diri untuk benar-benar hidup mandiri dan bertanggung jawab.
Melepas ketergantungan diri dari orangtua perlahan hingga seutuhnya.
Idealisme Mahasiswa Baru
Semakin mendekati waktu daftar ulang kampus
dan bersiap merantau, aku menyusun rencana dan mengukur strategi, bagaimana aku
bisa bertahan dan menjalanan hak dan kewajiban gw sebagai mahasiswa dengan optimal. Aku banyak menghabiskan waktu dengan diskusi bersama kakak kelas yang udah
kuliah. Bertanya kuliah dan dunia yang ada didalamnya seperti apa.
Idealisme mahasiswa baru menuntunku pada kehidupan yang
membahagiakan. Hidup dikost dengan fasilitas yang cukup, seorang diri tanpa
sesiapa mengatur. Aku bakal melakukan apa yang ku mau dan hidup dengan kehendak sendiri.
Dikuliah aku pengen bisa dapat banyak hal yang belum pernah aku dapat sebelumnya.
Aku pengen ngembangin kemampuan yang bermanfaat buat hidupku kedepannya. Aktif
ikut dalam kabinet mahasiswa dan kepanitaan acara bergengsi kampus.
Punya
banyak temen yang asik dan sering main kemanapun tanpa mikir dan nunda. Bakal sering
tour mengeksplorasi kota tinggalku yang baru. Punya banyak relasi dan jaringan
kating dikampus biar dapet banyak info dan link bermanfaat. Terakhir dan yang terpenting
adalah aku bisa dapet IP yang bagus dan lolos beasiswa, hingga ikut student
exchange atau jadi delegasi.
Aku juga bakal aktif untuk ikut lomba yang aku sukai dan dalam bidang yang gw pelajari.
Biar punya pengalaman berkompetisi dan berjuang menggapai target terukur. Ikut lomba
juga dapat membantuku dapet link baru dan jalan-jalan. Kalau menang bisa
nambah prestasi jadi CV ni besok bisa isian dikit lah, ngga kosong-kosong amat.
Aku juga punya mimpi buat punya usaha sendiri. Setelah lulus
kuliah aku pengen jadi pengusaha dan berbisnis, maka dari itu aku harus belajar
dari kuliah buat gimana caranya memulai dan menjalankan bisnis dengan baik. Kegagalan
memang guru terbaik, maka habiskan jatah gagalmu saat kamu masih muda. Itu yang
selalu aku inget dan selalu aku coba implementasi dalam kehidupan. Sehingga saat
aku lulus dan merintis bisnis nanti sudah cukup baik dalam memanajemen setiap
masalah yang ada.
Idealisme vs Realita
Idealisme adalah suatu keadaan dimana setiap orang akan
merasa menikmati hidup apabila sudah mencapai titik tersebut. Dimana segala sesuatu
terasa sangat ideal dan menyenangkan bagi dirinya. Setiap orang berhak untuk merancang
kondisi ideal hidupnya, begitupun gw yang beranjak pada fase dan kondisi hidup
baru. Akan tetapi, perlahan setiap kita akan menyadari kondisi dan kemampuannya
masing-masing yang masih kurang untuk mencapai kondisi idealnya.
Realita adalah apa yang kita miliki saat ini yang bisa jadi
jauh dari kata ideal yang diimpikan. Seringkali, realita menjadi penghambat seseorang
dalam mencapai idealismenya karena tak tahu bagaimana mendobrak batas yang
mengurungnya saat itu. Hingga pada akhirnya kita akan hidup pada kondisi yang
tidak sesuai dengan idealisme kita. Tibalah gw dengan kenyataan ini dan harus
berjuang menjalankannya.
Aku hidup dalam batas-batas konservatif yang menahanku dalam
lingkaran serba kurang. Sedih dan kecewa rasanya harus menerima realita ini. Tapi
apa boleh buat,aku sekarang belum mampu untuk dapat mendobrak secara utuh batas
tersebut. Menjalani dengan sabar dan sepenuh hati adalah solusi terbaik menghadapi
dari setiap realita yang menahanku dari idealisme.
Takdir dan Pilihan
“Setiap kita memang tidak dapat memilih dari rahim siapa, dan dalam kondisi seperti apa kita dilahirkan. Tapi marilah kita bersepakat bahwa setidak-tidaknya setiap kita dapat memilih, dalam lingkungan apa dia akan tumbuh dan belajar.”
Kutipan dari salah seorang
sahabat terbaik yang pernahku miliki. Sepatah kata yang mengingatkan gw tentang
apa yang disebut sebagai pilihan.
Hidup adalah perjalanan memilih. Bukan sesederhana itu
memaknai kalimat tersebut. Bahwa pilihan hidup adalah perjuangan yang akan menemani
setiap derap langkah jalan yang aku tempuh. Berjuang untuk kondisi hidup seperti
idealisme adalah pilihan untuk hidup sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan segala
rintangan dan tantangan yang menyertainya.
Maka apapun perjuangan yang saat ini aku jalani, itu adalah
pilihanku untuk dapat hidup lebih baik. Perlahan menuju kondisi ideal yang aku impikan.
Sesederhana aku yang belajar agar bisa masuk ITB, adalah sebuah proses perjuangan
untuk menuju idealismeku menjadi mahasiswa ITB. Hingga saat ini aku telah mencapainya,
aku baru saja membuat sebuah keputusan dalam pilihan hidupku.
Selama idealismeku ini masih
berkembang dan tidak pernah puas. Selama itulah pilihan hidup akan selalu aku putuskan.
Terimakasih sudah bersedia
membaca catatan ini.
Bagikan
Catatan Diri: Idealisme Menjadi Seorang Maba
4/
5
Oleh
izzuddinHisyaam