/Menatap rintik sendu selalu lebih mudah ketimbang
mengucap rindu pada kamu yang teristimewa
Gadis yang menuntunku dengan senyumnya,
senada sentuhan angin dibalik larik-larik malam/
/Lampu hias kota menjadi saksi bisu awal perjumpaan kita,
kita yang mengucap janji selepas senja sirna digulung mega.
Bahwa kamu, seorang pertama yang mengajariku menikmati petrikor
masih dengan seragam abu-abu kita yang kotor/
/Aku tak pernah bermaksud sungguh untuk mengikat
kamu tak pernah berhenti berharap untuk terikat
hingga untuk setiap kesempatan yang kubiarkan terlewat
menyadarkanmu tentang aku tak lebih dari seorang pengkhianat/
/Dan kini, aku hanya mampu merapal sesal dan maaf
yang ku harap menuntun laramu menuju hirap/
/Dan kini, kamu terisak sesak dibalik air mata tertumpah
mengobati luka yang terselip diantara bait-bait basah/
/Saat dimana kata tak lagi bermakna
air mata adalah sebaik baik pembawa cerita,
tak pernah berdusta dalam setiap luka dan derita/
/Kini kamu nyaman bersama waktu.
Makhluk yang tak pernah gagal merubah kecewa menjadi bahagia
dengan apa dan siapa yang waktu bawa bersama detaknya/
/Pada akhirnya, aku tak lebih dari pesan daring yang menjejalkan
notifikasi
yang kau anggap tak lebih serupa media informasi
tanpa perlu jawaban pasti/
/Pada akhirnya, aku hanyalah memori yang terikat pesan daring membisu
terpendam dalam, jauh bersama sayat sembilu
berdamai dibawah bayangan rindu/
-Yogyakarta, 2020

boonk
BalasHapus