![]() |
Source: unsplash.com |
Selayang Pandang
Mahasiswa dan Pertanian
Mahasiswa pertanian kini
dihadapkan dengan perkembangan zaman yang menggeser trend kehidupan. Seolah tak
tahu hendak berbuat apa dengan keilmuannya. Padahal Indonesia sebagai negara
agraris yang dianugrahi matahari sepanjang tahun. Pastinya menyimpan segudang
potensi pertanian yang seharusnya dapat menjadi titik kemajuan bangsa.
Berbicara pertanian saat ini
memang menjadi sektor yang dianggap sebelah mata oleh kalangan muda. Dengan
semakin beragamnya jenis pekerjaan dan kemajuan teknologi. Membuat pertanian
kian ‘terpinggirkan’ dimata mereka. Hal ini bisa dilihat dari masih minimnya
tenaga kerja dan ahli yang berkutat di bidang pertanian. Akan tetapi jika kita
melihat data, pertanian sebenarnya masih menjadi tumpuan bangsa dengan banyak
peluang terpendam didalamnya.
Menilik data BPS tahun 2019,
sektor pertanian masih menjadi satu dari tiga sektor utama penyumpang PDB
terbesar. Dibayangi dengan tantangan pertumbuhan produksi yang masih tergolong
rendah. Disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam menerapkan sistem
budidaya yang baik (Good Agricultural Practice), ketersediaan lahan yang
semakin terbatas, dan kurangnya pembiayaan.
Berdasarkan Susenas 2018
didapatkan data petani guram yang mencapai mampir 16 juta jiwa. Hal ini
menjadikan petani erat dengan kemiskinan sehingga menimbulkan stigma di mata
lulusan muda. Padahal jika dipandang dari sudut ketenagakerjaan. BPS tahun 2019
mencatat sektor pertanian sebagai lapangan pekerjaan terbesar yang mampu
menyerap sekitar 27% dari total angkatan kerja. Disamping itu, kita melihat
bahwa 70% rumah tangga perdesaan masih mengandalkan pertanian sebagai sumber
pendapatan.
Ada dua alasan mengapa peran
sektor pertanian menjadi sangat penting dan akan terus berpeluang kedepannya.
Pertama, adalah 87% persen industri kita masing bergantung pada bahan baku dari
sektor pertanian. Hal ini bisa kita lihat saat produktivitas pertanian menurun,
maka jumlah impor akan meningkat dengan komiditas utama adalah bahan baku untuk
menggerakkan industri.
Kedua adalah Kebutuhan pangan yang
tidak akan pernah sepi dari permintaan. Berdasarkan pernyataan Kementan 2019.
Trend eskpor pertanian selalu meningkat dalam 5 tahun terakhir dengan
didominasi hasil perkebunan dan hortikultura. Melihat semua peluang tersebut
sudah semestinya lulusan pertanian mampu berdaya untuk menggarap sektor
pertanian.
Disamping itu, Meningkatkan
produktivitas sektor pertanian juga merupakan tujuan Kementan. Terlebih
Indonesia telah berkomitmen dalam mewujudkan ketahanan pangan dunia melalui
sistem pertanian berkelanjutan yang tertuang dalam poin SGDs (Sustainable
Goals Development) tahun 2015 kemarin. Sehingga untuk mewujudkan hal
tersebut perlu adanya peremajaan sektor pertanian kita untuk menggenjot
produktivitas.
Siap Mengembangkan
Peluang Pertanian
Mahasiswa pertanian tentu
diharapkan menjadi awal solusi dari tantangan memaksimalkan peluang pertanian.
Mahasiswa yang merupakan generasi muda juga secara khusus dibekali dengan
kompetensi materi akan cenderung lebih siap dan terbuka terhadap kemajuan
teknologi pertanian. Karena saat ini kita melihat masalah bahwa difusi inovasi
dan implementasi teknologi masih sangat kurang dilapangan.
Jika ditelusuri lebih dalam, ada
banyak tantangan dalam menggali peluang sektor pertanian. Meski secara umum
kita dapat membaginya menjadi on farm dan off farm.
Namun, hal utama yang perlu kita lakukan adalah menjembatani lulusan pertanian
dengan peluang dan bidang pekerjaan pertanian yang pendapatannya tidak kalah
dibanding sektor lainnya. Jika diibaratkan petani adalah manajer dari usahataninya.
Maka diperlukan seorang manajer handal dalam mengelola usahatani menjadi
semakin produktif.
Saat ini tenaga kerja bidang
pertanian didominasi oleh golongan tua dengan umur diatas 45 tahun dan tingkat
pendidikan yang relatif rendah. Dikuatkan data BPS 2018 yang menunjukkan bahwa
hanya sekitar 0,57% petani yang mengenyam pendidikan diploma atau sarjana. Data
yang menujukkan besarnya peluang pertanian yang masih belum tersentuh oleh
generasi mudanya.
Kembali jika kita menganalogikan
petani sebagai manajer usahataninya. Maka meremajakan SDM pertanian menjadi
langkah awal untuk meningkatkan produktivitas. Lulusan muda diharapkan mulai
merubah paradigma usahatani. Tenaga muda ini tentu akan lebih memadai untuk
terus berkembang, belajar menerapkan inovasi dan teknologi on farm.
Merespons dinamika lingkungan, dan menerapkan sistem budidaya yang baik.
Berbicara peluang on farm.
Saat ini yang kita perlukan adalah mengembangkan sistem pertanian berbasis pada
ekologi tropis negara kita. Dimana iklim tropis menjadikan pertanian kita dapat
berproduksi sepanjang tahun. Dengan produk hasil pertanian yang beragam serta
modal awal yang rendah. Untuk itu diperlukan upaya implementasi dari konsep
pertanian terpadu (Integrated Farming System). Sistem pertanian terpadu
(SPT) merupakan sistem produksi yang menggabungkan antara budidaya tumbuhan dan
hewan.
Upaya ini menjadi penting
dilakukan melihat bahwa permintaan akan produk pangan kini kian bervariasi.
Dimulai dari bahan pokok, hortikultura seperti sayur dan buah. Hingga hasil
ternak meliputi daging, susu, dan telur. Ditambah kendala sistem produksi kita
yaitu keterbatasan lahan dan modal. Melalui penerapan SPT, lahan terbatas dapat
dimaksimalkan untuk memproduksi ragam produk sekaligus.
Setelah daripada implementasi SPT
adalah mengintegrasikannya dengan konsep zero waste. Dimana setiap
input pada sistem dapat menjadi output yang menguntungkan. Sehingga produksi
pertanian kita menjadi semakin efisien. Namun, tantangan dari upaya ini cukup
banyak. Dimulai dengan kemauan untuk terus belajar, terbuka terhadap
perkembangan teknologi dan inovasi, dan pengorganisasian usahatani yang
kompleks. Seiring berjalannya waktu, SPT dengan konsep zero waste ini
akan semakin menjanjikan dimana metode konvensional yang ada kini dirasa masih
kurang efisien.
Selain daripada sistem
pertaniannya. Bidang lain yang sangat berpeluang adalah faktor pendukung
produksi pertanian. Menjadi botanis yang berfokus mengembangkan benih unggul
misalnya. Dimana benih sangat memengaruhi keberhasilan tahap awal produksi.
Juga pupuk penunjang pertumbuhan tanaman yang sangat membantu laju
produktivitas. Atau mendalami masalah hama dan penyakit tanaman yang sering
menghantui sistem produksi pertanian kita.
Selanjutnya peluang bidang off
farm. Bidang yang paling memerlukan perhatian adalah penangan pascapanen.
Rendahnya keterampilan pelaku usatatani dalam mengelola hasil panennya membuat
banyak produk pertanian terbuang sia-sia. Ditambah karena memang karateristik
dari produk pertanian yang mudah rusak setelah dipanen. Hal ini jelas menjadi
kerugian bagi para pelaku usahatani.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya
sentuhan teknologi dalam pengolahan pascapanen. Sebagai upaya menjaga kualitas
dan kuantitas hasil panen agar sampai ke pihak konsumen dengan baik dan menjadi
penghasilan. Maka dari itu, bidang teknologi pascapanen ini masih sangat
terbuka peluangnya kedepan.
Selain itu tantangan lain adalah
dibidang Agroindustri. Melihat bahwa sebagian besar produk pertanian ekspor
kita masih berupa produk mentah kebun dan holtikulutra. Agroindustri
dikembangkan dengan melihat sisi lain dari nilai jual produk pertanian kita.
Misalnya penerapan teknologi penyulingan dan esktraksi untuk menghasilkan
bioproduk seperti crude palm oil (CPO) dan Virgin Palm
Oil (VCO), atau Essensial Oil yang banyak digunakan
sebagai bahan baku campuran dalam berbagai bidang industri.
Pada akhirnya kita melihat bahwa
masih sangat banyak peluang pertanian yang perlu dikembangkan agar mendatangkan
manfaat. Melalui penerapan teknologi dan inovasi lulusan pertanian mengambil
peran untuk mendorong produktivitas pertanian bersama dengan pihak yang telah
lama berkecimpung didalamnya. Berlandaskan idealismenya, mahasiswa pertanian
seharusnya mampu untuk mendefinisikan peran sebagai agent of change yang
turut andil memajukan sektor pertanian bangsa.
Sehingga semakin banyak lulusan
pertanian yang mempraktekan ilmunya pada sektor pertanian kita melalui
penerapan teknologi dan inovasi. Akan semakin terbuka pula peluang sektor
pertanian dimasa depan. Mewujudkan Indonesia yang tak hanya sekedar swasembada
pangan. Namun, hingga dapat menjadi sumber pangan dunia.

Tidak ada komentar: