![]() |
Source: unsplash.com |
Menjadi mahasiswa itu susah susah
gampangnya dikit. Waktu dimana katanya menjadi penentu hidup kamu kedepannya.
Apalagi kalau orangtuamu ngga terlampau kaya buat ‘nyuapin’ kamu sampai besar.
Jadi udah mulai harus bisa hidup mandiri.
Tapi ngga akan bahas masalah hidup
guys, lebih tepatnya aku akan menceritakan pengalaman satu semester pertama
jadi Maba TPB di ITB. Segala yang kutulis ini murni pandangan dan pendapatku
ya. Jadi kalau temen-temen info yang berbeda mungkin dari sumber lain, ya
bijak-bijak aja nanggepi nya.
Kata kating itu masa TPB adalah
tahap paling bahagia karena kuliah nya santuy dan masih gampang. Padahal ya
tidak begitu kenyataannya. Lantas seperti apa kuliah TPB di ITB?
Kalau kalian tertarik buat tau
lebih. Lanjutin baca catetan #KuliahITBku ini sabi banget guyss...
Materi Sama Satu Kampus
Nah yang pertama ini menurutku
cukup unik guys. Dimana kalian bisa ngerasain belajar materi yang sama satu
kampus. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena ITB sendiri itu dasarnya
Institut! Ingat, bukan universitas. Jadi kalau kata kampus lain ITB itu kayak
eskalasinya FT kampus mereka. Emm, sebenarnya ngga sepenuhnya salah si, tapi
ngga benar juga. Oke skip.
Di TPB ini yang bakal jadi bahan
materi kuliah kamu adalah matematika (Kalkulus) dasar, Fisika, dan Kimia. Sama
pengantar masing-masing fakultas. Jadi ya ngga sama persis-persis. Kalau persis
ngapain ada fakultas? Karena materi yang sama ini mengakibatkan buku referensi
perpustakaan untuk masa TPB pasti habis terpinjam.
Gimana ngga, buku kuliah original
itu mehong bingits. Sebenarnya bisa diakali pake buku-buku bajakan sih. Tapi
nanti ada yang nyeletuk ilmunya ngga berkah pas kita pada gabisa jawab soal
dari dosen meski udah baca buku :( sama feel bacanya ngga akan senyaman
dan sebetah buku original pastinya.
Hal asik lainnya karena kesamaan
materi ini adalah kamu bisa menambah banyak teman dan kenalan. Waktu TPB itu
adalah waktu yang baik untuk menambah kenalan dan relasi menembus batas
fakultas masing-masing.
Karena seperti ada rasa senasip sepenanggungan
materi kuliah yang katanya cuman kayak anak SMA padahal zonk. Dari sana kamu
juga bisa belajar bareng dengan siapapun teman TPB tak peduli fakultas mana.
Asal udah kenal ya...
Gimana? Bisa banyangin kuliah
materinya sama satu kampus, bener-bener mirip sama SMA ya...
Kewajiban Akademik yang ‘WaW’
Kewajiban utama kita berkuliah
pasti untuk menambah ilmu guna menjadi insan akademis. Untuk mencapai itu pasti
kamu akan menjalani proses, termasuk aku juga. Ternyata berproses atau belajar
di ITB itu sesuatu sekali. Di waktu mau kuliah TPB aku diberitahu kalau
pelajarannya bakal sama kayak yang pernah diajarin pas SMA, jadi gausa panik. Honestly,
itu ngga bohong si, tapi...
Memang hampir setiap konsep yang
diajarkan semasa TPB itu pernah diajarkan waktu SMA. Lebihnya adalah bagaimana
aku memahami dari darimana rumus itu berasal dan penggunaannya untuk
masalah-masalah yang kompleks, dan disini semua masalah dimulai.
Perlahan rumus-rumus yang udah
menemani aku berjuang untuk masuk ITB berubah menjadi lebih rumit dan njelimet.
Rumus itu memperlihatkan wujud aslinya yang tidak mudah diselesaikan.
Tinggallah otak aku yang pasrah dengan ini semua.
Belum lagi soal yang diberikan
dosen sebagai latihan hingga soal ujian akhir nanti. Harus diakui kalau dosen
ITB memang sangat pandai membuat soal yang bikin otak bersedih saat mengerjakan
dan batin menangis saat nilainya keluar.
Ehe, tapi jangan overthinking
gitu guyss...
Karena disini aku merasa ada
banyak banget jalan dan kesempatan yang bisa aku maksimalin buat menguasai
semua materi kuliahku dengan baik. Tinggal bagaimana aku dituntut untuk aktif
dan inisiatif mengusahakan perubahan.
Oh iya, satu lagi. Meskipun
direncana studi tidak ada SKS praktikum, tapi ternyata di masa TPB ini aku
tetap menjalani praktikum. Ini memang curang sih karena jadinya beban kuliahnya
lebih banyak daripada SKS yang aku ambil.
Parahnya, kalau aku ngga lulus
praktikum meski dengan nilai teori yang memadai. Aku akan diminta untuk
mengulang matkul tersebut tahun depan guys...
Intinya bisa dibilang beban
akademik di ITB itu memang berat kawan. Baik dari materi, soal ujian, hingga
patokan nilainya. Itu semua demi menjaga kualitas seorang mahasiswa ITB.
Tapi meski begitu, akan ada banyak
fasilitas dan kesempatan bagi setiap mahasiswa untuk berjuang menguasai materi
meningkatkan batas kemampuannya. Jadi aku harus selalu semangat disini.
Budaya Kaderisasi yang Mengakar
Baru masuk
ITB ngga tau apa-apa...
penggalan lirik yel-yel kakak
mentor pada OSKM ITB 2019.
Satu lagi pengalaman paling
berkesan menjalani satu semester pertamaku di ITB adalah melihat budaya
kaderisasi yang mengakar. Disini aku coba memandang kaderisasi dari dua sisi,
baik dan buruknya.
Aku melihat kaderisasi ini sebagai
bentuk kepedulian kating terhadap mabanya yang masih belum banyak tahu selain
kampus ITB itu Bandung dan tempat tinggal yang murah itu diasrama.
Aku menjalani proses kaderisasi
ini dimulai sejak hendak berkuliah menjadi bagian dari keluarga mahasiswa ITB.
Kemudian setiap kegiatan yang akan aku pilih maka aku akan menjalani
kaderisasinya masing-masing.
Misal jika aku ingin mengikuti
kepanitiaan maka aku akan menjalani kaderisasi untuk menjadi panitia event
tersebut. Mau ikut unit kegiatan maka aku akan menjalani kaderisasi unit tersebut.
Jadi ngga heran kalau masa TPB ini aku dan teman-teman banyak ngerjain tugas
kaderisasi ini dan itu.
Biasanya bakal kelihatan maba yang
‘apatis’ gamau ikut kegiatan apa-apa. Tapi ya aku tidak terbiasa men judge
orang semudah itu si, cuman biasanya cirinya begitu.
Jadi kalau dilihat dari sisi
kacamata baik, kaderisasi ini merupakan bentuk kepedulian kaka tingkat pada
Mabanya yang baru mau masuk ke suatu komunitas tertentu. Mereka dikader supaya
dapat mengenal dengan baik apa yang ada didalam lingkaran tersebut dan
bagaimana orang-orangnya.
Selanjutnya kalau dari sisi buruk,
kaderisasi ini sering menggunakan metode yang cukup berat. Misalnya buat
tergabung dalam sebuah unit mahasiswa, aku harus melakukan wawancara perkenalan
kepada kaka tingkat dengan durasi yang cukup lama dan jumlah kaka yang
diwawancara cukup banyak.
Contoh lainnya adalah jika aku
ingin menjadi panitia lapangan suatu event. Maka aku harus menjalani
kaderisasi dan pelatihan selama dua bulan dengan berbagai penugasan didalamnya.
Padahal pelaksanaan acaranya cuman dua hari aja. WaW...
Metode yang cukup berat ini
kemudian jadi penghalangku dan teman-teman yang lain buat ikut aktif
berkegiatan. Mungkin karena niat awal kami juga ikut sekedar menyalurkan hobi
dan pengisi kebosanan. Begitu mau join, dikader dengan tugas yang bikin keoss.
Yasudah mundur pelan-pelan saja,
ehe...
Kesimpulan
Bisa dibilang masa TPB benar-benar
menjalankan perannya sebagai tahap persiapan bersama. Menyiapkanmu dengan
tuntutan akademik yang memang tidak mudah dan perlu diperjuangkan sepenuh hati.
Karena kalau sudah masuk jurusan bebannya akan bertambah lagi.
Menyiapkanmu dengan budaya kampus
yang begini dan begitu dengan segala kebaikan dan kekurangannya. Tinggal
prioritaskan mana yang mau kamu perjuangin.
Pada
akhirnya TPB akan mengujimu apakah kamu memang seorang yang layak mengemban
nama besar dengan bebannya atau hanya ingin dipandang sebagai mahasiswa kampus
beken saja.
Semoga tulisan aku kali ini
bermanfaat dan menambah pandangan kalian semua. Terimakasih banyak udah
bersedia menyimak!!!
2 komentar
Tulis komentarToko Mesin Murah Malang Berkualitas · Jual Mesin Murah Malang · Mesin Pasteurisasi Susu Malang · Portal Belanja Mesin Makanan, Pertanian, Peternakan & UKM · CP CP 0813-5874-6663
Replyterimakasih infonya
Replyhttps://bit.ly/3hMPtF1